Menikmati Dinner Romantis di Gili Meno

Menikmati Dinner Romantis di Gili Meno

Mahamaya merupakan salah satu resort yang berada di Gili Meno. Lokasinya persis di tepi pantai. Tapi kali ini saya bukan akan membahas atau mereview hotelnya ya karena saya belum pernah menginap di sana.

 

Kuliner Malam di Restoran Mahamaya 

 

Kunjungan saya ke Mahayama pada suatu malam adalah untuk mencicipi menu makan malam di sana. Sebelumnya, kami pun tidak memasukkan agenda ini dalam itinerary kami (bahkan kami nggak bikin itinerary sama sekali untuk liburan di Gili Meno, ahahhaa). 

FYI, liburan ke Gili Meno ini memang bisa dibilang rencana mendadak yang nggak banyak persiapan dilakukan. Pokoknya kami waktu itu cuma kepikiran pesan tiket pesawat dan hotel. Agenda dan aktivitas lainnya nanti dipikir belakangan kalau sudah berada di lokasi.

 

Iya, sesimpel itu cara liburan kami.

 

Jujur saja saat berlibur ke Gili Meno pada Maret 2020 lalu, saya tidak terlalu mengeksplore kulinernya. Selain karena kami sengaja membawa bekal sendiri dari rumah, cuaca saat itu juga tidak terlalu mendukung karena sering gerimis.

 

(Bekal yang dimaksud: beras, mie instant, lauk kering seperti abon dan keripik, susu, roti, dll)

 

Lokasi Restoran Mahayama, Gili Meno

 

Dari penginapan saya di Les Villas Ottalia Hotel, resort Mahamaya jaraknya sekitar 1,3 km. Kami mengayuh sepeda sekitar 10-15 menit untuk sampai ke Mahayama dengan menyusuri garis tepi pantai.

 

Kalau membaca review wisatawan yang pernah berkunjung Gili Meno, di Mahayama ini cocok banget untuk bersantai di tepi pantai sambil menikmati hidangan lezat dan melihat matahari terbenam. Ya, lokasi resortnya memang di sebelah barat Gili Meno jadi wajar saja kalau dari sini bisa terlihat sunset yang menawan.

 

Mencari Menu Seafood

 

Hari kedua kami berada di Gili Meno, sedari pagi banyak aktivitas fisik yang kami lakukan. Mulai dari jalan pagi sambil mengejar sunrise di tepi pantai, bermain pasir dan berfoto di hamparan pasir putih, bersepeda menyusuri pulau dan singgah makan siang di saung dekat pelabuhan, lalu kembali ke penginapan untuk bersih-bersih badan sambil bersantai sejenak. 

 

Malam harinya, kami browsing tempat kuliner yang reviewnya bagus dan lokasinya tidak terlalu jauh dari penginapan kami. Akhirnya, ketemulah satu nama yaitu Mahamaya yang kebetulan juga menyediakan menu seafood yang memang sedang kami cari. Tanpa pikir panjang kami langsung menuju ke sana dengan bersepeda.

 

Menu dan Harga Makanan

 

Mahamaya ini selain menyediakan menu aneka makanan laut, juga tersedia menu masakan barat, dan lokal Indonesia. Sajian makanannya beragam, plattingnya juga menggugah selera, rasanya juga lumayan oke di lidah kami. 

 

Malam itu kami hanya memesan ikan bakar seekor yang sudah dilengkapi dengan menu nasi dan tumis sayuran serta sambal bakarnya, juga tiga gelas minuman. Itu saja sudah menghabiskan kurang lebih 250-300 ribu. Hehehe. 

 

Untuk harga makanannya memang jauh lebih mahal dibanding resto atau warung-warung lainnya. Jadi, kalau harus sering-sering makan di sini, kamu mesti persiapkan budgetnya ya. 

 

Suasana Makan Malam di Mahamaya, Gili Meno

 

Makan malam di tepi pantai berteman suara debur ombak dan cahaya lampu temaram itu memang identik dengan suasana romantis. Kalau kamu memang datang ke Gili Meno untuk berbulan madu dengan pasangan, tempat ini mungkin cocok untuk menghabiskan malam berdua sambil menikmati hidangan dengan suasana yang romantis.

 

Waktu kami datang ke sana, kesannya agak sepi. Memang di Gili Meno tidak ada kehidupan malam seperti di Jimbaran Bali atau di Gili Trawangan. 

 

Ingat Waktu, Jangan Pulang Larut Malam

 

Tinggal di pulau terpencil seperti Gili Meno memanglah suasana malam harinya akan terasa lebih sunyi dan waktu datangnya malam hari terasa lebih cepat. Katakanlah jam 9 malam, jalanan sudah mulai tampak sepi dan mencekam. 

 

Nah, hal tersebut yang kami lupa saat menikmati makan malam di Gili Meno. Saking asyiknya menikmati suasana, kami lupa kalau penginapan kami masih berjarak 1 km. Kalau di kota besar, 1 km itu terasa dekat kan ya karena kita bisa naik kendaraan bermotor yang nggak sampai 5 menit juga sampai tujuan.

 

Tapi di Gili Meno ini?

Perjalanan mengayuh sepeda selama 15 menit untuk menuju penginapan kami menjadi terasa sangat lama. Huhuhu. Apalagi kami harus menyusuri tepi pantai yang tak jarang jalanannya berpasir dan membuat roda sepeda kami terseok-seok. Belum lagi lampu penerangan tidak selalu tersedia di sepanjang jalanan. Rasanya sungguh mencekaaaam. 

 

Yang saya syukuri, anak saya yang masih balita kala itu anteng banget di boncengan sepeda ayahnya. Alhamdulillah dia nggak rewel atau ketakutan. Jadi, saya pun bersepeda dengan tenang sambil terus berdzikir sepanjang jalan. Hehehhee. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *